Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk
yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan yang bersumber pada
pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran
menghasilkan pengetahuan yang diartikan dengan kegiatan berpikir dan bukan
dengan perasaan, meskipun seperti dikatakan Pascal, hati pun mempunyai logika
tersendiri. Meskipun demikian patut kita sadari bahwa tidak semua kegiatan berpikir
menyandarkan diri pada penalaran. Jadi penalaran merupakan kegiatan berpikir
yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan
yang benar. Apa yang disebut benar bagi tiap orang adalah tidak sama maka oleh
sebab itu kegiatan proses berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar
itu pun juga berbeda-beda. Dapat dikatakan bahwa tiap jalan pikiran mempunyai
apa yang disebut sebagai kriteria kebenaran, dan kriteria kebenaran ini
merupakan landasan bagi proses penemuan kebenaran tersebut. Penalaran merupakan
suatu proses penemuan kebenaran di mana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai
kriteria kebenarannya masing-masing.
Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri
tertentu. Ciri yang pertama ialah adanya suatu pola berpikir yang secara luas
dapat disebut logika. Dalam hal ini maka dapat kita katakan bahwa tiap bentuk
penalaran mempunyai logikanya tersendiri. Atau dapat juga disimpulkan bahwa
kegiatan penalaran merupakan satu proses berpikir logis, di mana berpikir logis
di sini harus diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu,
atau dengan perkataan lain, menurut logika tertentu. Hal ini patut kita sadari
bahwa berpikir logis itu mempunyai konotasi yang bersifat jamak (plurar) dan
bukan tunggal (singular). Suatu kegiatan berpikir bisa disebut logis ditinjau
dari suatu logika tertentu, dan mungkin tidak Iogis bila ditinjau dari sudut
logika yang lain. Hal ini scring menimbulkan gejala apa yang dapat kita sebut
sebagai kekacauan penalaran yang tidak konsistennya kita dalam mernpergunakan
pola berpikir tertentu.
Ciri yang kedua dari penalaran adalah sifat anaditik dari proses
berpikirnya penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri
kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analisis
tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan. Artinya penalaran ilmiah
merupakan suatu kegiatan analisis yarg mempergunakan logika ilmiah, dari
demikian juga penalaran lainnya yang mempergunakan logikanya tersendiri pula.
Sifat analitik ini, kalau kita kaji lebih jauh, merupakan konsekuensi dari
adanya suatu pola berpikir tanpa adanya pola berpikir tersebut maka tidak akan
ada kegiatan, sebab pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir
berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Penalaran
Ilmiah
Unsur Penalaran Penulisan Ilmiah
Menurut Widjono, (2007 : 210), unsur penalaran
penulisan ilmiah adalah sebagai berikut:
1) Topik yaitu ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesifik dan
berisi sekurang-kurangnya dua variabel.
2) Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi yaitu kalimat
pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.
3) Proposisi mempunyai beberapa jenis, antara lain:
a.
Proposisi
empirik yaitu proposisi
berdasarkan fakta.
b.
Proposisi
mutlak yaitu pembenaran yang
tidak memerlukan pengujian untuk menyatakan benar atau salahnya.
c.
Proposisi
hipotetik yaitu persyaratan
huungan subjek dan predikat yang harus dipenuhi.
d.
Proposisi
kategoris yaitu tidak adanya
persyaratan hubungan subjek dan predikat.
e.
Proposisi
positif universal yiatu
pernyataan positif yang mempunyai kebenaran mutlak.
f.
Proposisi
positif parsial yaitu pernyataan bahwa
sebagian unsur pernyataan tersebut bersifat positif.
g.
Proposisi
negatif universal, kebalikan
dari proposisi positif universal.
h.
Proposisi
negatif parsial, kebalikan
dari proposisi negatif parsial.
4)
Proses
berpikir ilmiah yaitu kegiatan
yang dilakukan secara sadar, teliti, dan terarah menuju suatu kesimpulan.
5)
Logika yaitu metode pengujian ketepatan penalaran,
penggunaan argumen (alasan), argumentasi (pembuktian), fenomena, dan
justifikasi (pembenaran).
6)
Sistematika yaitu seperangkat proses atau bagian-bagian atau
unsur-unsur proses berpikir ke dalam suatu kesatuan.
7)
Permasalahan yaitu pertanyaan yang harus dijawab (dibahas)
dalam karangan.
8)
Variabel yaitu unsur satuan pikiran dalam sebuah
topik yang akan dianalisis.
9)
Analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan
mengidentifikasi, mengklasifikasi, mencari hubungan (korelasi), membandingkan,
dan lain-lain.
10)
Pembuktian (argumentasi) yaitu proses pembenaran bahwa
proposisi itu terbukti kebenarannya atau kesalahannya. Pembuktian ini harus
disertai dukungan yang berupa: metode analisis baik yang bersifat manual maupun
yang berupa software. Selain itu, pembuktian didukung pula dengan
data yang mencukupi, fakta, contoh, dan hasil analisis yang akurat.
11)
Hasil yaitu akibat yang ditimbulkan dari sebuah
analisis induktif atau deduktif.
12)
Kesimpulan
(simpulan) yaitu penafsiran atas
hasil pembahasan, dapat berupa implikasi atau inferensi.
Perbedaan
Penalaran Induktif dan Deduktif
Penalaran Induktif
Penalaran induktif dapat berbentuk generalisasi, analogi, atau
hubungan sebab akibat. Generalisasi adalah proses berpikir berdasarkan hasil
pengamatan atas sejumlah gejala dan fakta dengan sifat-sifat tertentu mengenai
semua atau sebagian dari gejala serupa itu. Analogi merupakan cara menarik
kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang
bersamaan. Hubungan sebab akibat ialah hubungan ketergantungan antara
gejala-gejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat sebab, dan
akibat-akibat.
Ø Contoh penalaran induktif :
Harimau berdaun
telinga berkembang biak dengan melahirkan. Babi berdaun telinga berkembang biak
dengan melahirkan. Ikan paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
1) Generalisasi :
Pemakaian bahasa
Indonesia deseluruh daerah diindonesia dewasa ini belum dapat dikata seragam.
Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, ucapan terlihan dengan mudah.
Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh
bahasa daerah. Diungkapkan persurat kabaran, radio, dan TV pemakaian bahasa
indonesia belum lagi dapat dikatakan sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun
pada umumnya juga belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia yang terjaga
baik. Fakta – fakta diatas menunjukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu
ditingkatkan.
Macam – macam generalisasi :
·
Generalisasi sempurna
Adalah generalisasi
dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penimpulan diselidiki. Generalisasi
macam ini memberikan kesimpilan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi
tetap saja yang belum diselidiki.
·
Generalisasi tidak
sempurana
Adalah generalisasi
berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi
fenomena sejenis yang belum diselidiki.
Penalaran generalisasi bertolak dari satu atau
sejumlah fakta (fenomena atau peristiwa) khusus yang mempunyai kemiripan untuk
membuat sebuah kesimpulan. Sejumlah peristiwa khusus dibuat dalam bentuk
kalimat, kemudian pada akhir paragraf diakhiri dengan kalimat yang berisi
generalisasi dari peristiwa. Peristiwa khusus yang disebutkan pada bagian awal.
2) Analogi
Adalah membandingkan
dua hal yang banyak persamaanya. Kesimpulan yang diambil dengan jalan analogi,
yakni kesimpulan dari pendapat khusus dari beberapa pendapat khusus yang lain,
dengan cara membandingkan situasi yang satu dengan yang sebelumnya.
Dalam berfikir Analogis, kita meletakan suatu
hubungan baru berdasarkan hubungan-hubungan baru itu. Dan kita juga dapat
menarik kesimpulan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, ada
persamaan pula dalam bidang yang lain. Pada pembentukan kesimpulan dengan jalan
analogi, jalan pikiran kita didasarkan atas persamaan suatu keadaan yang khusus
lainnya. Karena pada dasarnya hanya membandingkan persamaan – persamaan
dankemudian dicari hubungannya. Maka sering kesimpulan yang diambil tidak
logis.
Dari penjabaran diatas, dapat dikatakan bahwa
penalaran analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan fakta atau kesamaan
data. Analogi juga dapat dikatakan sebagai proses membandingkana dari dua hal
yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu
ditarik suatu kesimpulan.
·
Contoh Analogi :
Kita banyak tertarik
dengan planel mars, karena banyak persamaannya dengan bumi kita. Mars dan Bumi
menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai atsmosfir seperti bumi.
Temperaturnya hampir sama dengan bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada.
Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulanya musim seperti bumi.
Jika bumi ada mahluk. Tidaklah mungkin ada mahluk hidup diplanet Mars.
3) Hubungan akibat sebab
Hubungan akibat sebab
merupakan suatu proses berfikir dengan bertolak dari suatu peristiwa yang
dianggap sebagai akibat, kemudian bergerak menuju sebab-sebab yang mungkin
telah menimbulkan akibat tadi.
Contoh :
Masalah pengangguran merupakan
masalah serius yang harus diselesaikan pemerintah, seperti beberapa waktu lalu
diberitakan dimedia cetak dan ibu kota, bagaimana ribuan pencari kerja hars
berdesakan bahkankan pingsan untuk mendapatkan pekerjaan. Menurut laporan media
cetak hal ini terjadi karena dalam waktu dekat ini banyak perusahaan menufaktor
yang akan tutup. Sehingga harus melakukan PHK. Selain itu minimnya kahlian atau
rendahnya kualitas SDM menjadi faktor penyebab banyaknya pengangguran
diibukota.
Contohnya dalam menggunakan preposisi spesifik
seperti:
Es ini dingin. (atau: Semua es yang pernah
kusentuh dingin.)
Bola biliar bergerak ketika didorong tongkat. (atau: Dari seratus bola biliar yang didorong tongkat, semuanya bergerak.)
Bola biliar bergerak ketika didorong tongkat. (atau: Dari seratus bola biliar yang didorong tongkat, semuanya bergerak.)
Penalaran
Deduktif
Penalaran deduktif
dibidani oleh filosof Yunani Aristoteles merupakan penalaran yang beralur dari
pernyataan-pernyataan yang bersifat umum menuju pada penyimpulan yang bersifat
khusus. Sang Bagawan Aristoteles (Van Dalen:6) menyatakan bahwa penalaran deduktif
adalah, ”A discourse in wich certain things being posited, something else than
what is posited necessarily follows from them”. pola penalaran ini dikenal
dengan pola silogisme. Pada penalaran deduktif menerapkan hal-hal yang umum
terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang
khusus.
Corak berpikir deduktif adalah silogisme
kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif. Dalam penalaran ini
tedapat premis, yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan. Untuk penarikan
kesimpulannya dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Penarikan
kesimpulan secara langsung diambil dari satu premis,sedangkan untuk penarikan
kesimpulan tidak langsung dari dua premis.
Contoh :
·
-Laptop adalah barang
elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
·
-DVD Player adalah
barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
kesimpulan —> semua barang elektronik
membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
Ada 2 macam penalaran Deduktif :
·
Menarik simpulan
secara Langsung
·
Menarik simpulan
secara Tidak Langsung
menarik Simpulan
secara langsung ditarik dari satu premis. sedangkan menarik secara tidak
langsung merupakan kebalikan dari secara langsung dimana pada secara tidak
langsung membutuhkan 2 buah premis sebagai datanya.
Macam-macam penalaran deduktif diantaranya :
a. Silogisme
Silogisme adalah suatu
proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi
(pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa
silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1
kesimpulan.
Contohnya:
Semua manusia akan
mati
Amin adalah manusia
Jadi, Amin akan mati
(konklusi / kesimpulan)
b. Entimen
Entimen adalah
penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya
dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh :
Proses fotosintesis
memerlukan sinar matahari
Pada malam hari tidak
ada matahari
Pada malam hari tidak
mungkin ada proses fotosintesis
Kesimpulannya adalah, dari berbagai penjelasan
diatas, dapat disimpulkan bahwa penalaran dalam prosesnya ada 2 macam yaitu
penalaran Induksi dan penalaran Deduktif.
–
Penalaran Induktif
adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang
berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya
disebut Induksi. Dalam penalaran Induktif ini ada 3 jenis penalaran Induktif
yaitu Generalisai, Analogi, dan Hubungan sebab akibat ataupun hubungan
akibat–sebab.
–
Penalaran Deduktif
adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang
berlaku khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Prosesnya disebut
Deduksi. Jenis penalaran Deduktif ini diantaranya ada Silogisme dan Entinem
Perbedaan
Karangan Ilmiah dan Non Ilmiah
Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah
sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan
istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan
nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat
penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan
nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang
signifikan.
Perbedaan-perbedaan
yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek.
–
Pertama
Karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian
(faktual objektif).
Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek
yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri.
–
Kedua
Karya ilmiah bersifat
metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau
cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui
proses pengidentifikasian masalah dan
penentuan strategi.
–
Ketiga
Dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa
ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan
karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.
Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya
tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta
pribadi, dan umumnya bersifat subyektif.
Bahasanya bisa konkret atau abstrak,
gaya bahasanya nonformal dan populer,
walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya nonilmiah bersifat (1)
emotif: kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari
keuntungan dan sedikit informasi, (2) persuasif: penilaian fakta tanpa bukti.
Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi
sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative, (3) deskriptif: pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan
subjektif, dan (4) jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.Karya nonilmiah
bersifat, antara lain :
a)
Emotif : merupakan kemewahan
dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan
sedikit informasi.
b)
Persuasif : merupakan
penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir
pembaca dan cukup informative.
c)
Deskriptif : merupakan
pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif.
d)
Jika kritik adakalanya
tanpa dukungan bukti.
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar